Sekedar Refleksi mengisi Kekosongan
yang ada.
Kamis, Agustus, 15 2014--Makassar. Kebanyakan
dari kita pada saat ini – generasi muda – selalu menghindari persoalan yang
membutuhkan suatu perenungan. Diantaranya sedikit banyaknya menjalani
hari-harinya dengan penuh bahagia (seperti itulah yang terlihat) dan terkadang
ingin setiap saat berlibur sana-sini dengan alasan refreshing, dengan tujuan
agar dapat menikmati hidup sebab menganggap hidup ini hanya sekali dan
konsekuwennya bersenang-senang semata serta berusaha menghancurkan setiap yang
bertentangan dengan tujuan pribadinya. Sedikit kecurigaan terhadap anggapan
seperti ini adalah akibat dari pemahaman bahwa tujuan kita hidup adalah mencari
banyak keuntungan dari alam semata, memperkaya diri dan yang menjadikan hidup
ini tempat memenuhi kebutuhan materi dan nafsu, selain itu tak ada. Inilah yang
menjadi tujuan hidup dari kebanyakan oarng pada zaman ini. Mungkin dari mereka
berkata kami tidak demikian, tapi hal ini tak akan berubah dengan sekedar
ucapan karena, sebab ini terlihat dari sikap dan/ perilaku dalam hari-harinya.
Apakah ini adalah tujuan sebenarnya dari hidup kita sebagai makhluk yang
dikenal dengan manusia?
Sekarang saya
coba untuk mengikutimu – wahai yang tak peduli terhadap kesejahteraan masyarakat)
dan pahami apa yang engkau aggap benar, bahwa hidup ini adalah untuk
mendapatkan keuntungan dari hasil eksploitasi, memperkaya diri semata dan tak
memikirkan penderitaan orang lain serta melakukan apa saja asalkan itu dapat
membuat kita bahagia. Tapi adalah hakku untuk bertanya pada kalian, jika itu
tujuan dari hidup ini, lalu apa bedanya kita dengan binatang yang selalu
dianggap kotor dan berperilaku sesukanya? Bahkan jika benar apa yang dikatakan,
kami tak lebih dari seekor binatang sebab binatang hanya berusaha memenuhi
kebutuhannya secukup apa yang ia butuhkan saat itu, dan tidak mengumpulkan
sebanyak-banyaknya material untuk masa depan dan berusaha melukai setiap
binatang yang lain hanya demi penimbunan harta (bahan-bahan material) seperti
kebanyakan manusia saat ini. Lalu apa artinya yang desebut-sebut kemajuan
teknologi saat ini, jika itu yang harus menjadi tujuan hidup ini? Kami tak
pernah menafikan tegnologi yang kalian ciptakan, akan tetapi ketidak pedulian
kalian semata mebuat tegnologi tersebut tak sedikit membawa dampak yang buruk
dan mengerikan. Sekarang yang aku rasakan dan pikirkan, kita berbeda dengan
yang lain, dan hal itu yang membawa kita pada kemajuan dan memiliki peradaban
yang tak ada pada makhluk hidup lain. Apakah kita telah salah dalam
memanfaatkan potensi dan kemampuan yang terdapat pada diri kita, lalu apa
sebenarnya yang manjadi tujuan hidup ini dan mau kemanakah kita setelah ini? Ku
melihat, mendengar jeritan, kebingungan orang yang telah mengumpulkan banyak
harta, begitu banyak pertengkaran dan kerusakan yang mereka perbuat, mengapa
mereka tidak merasa bahagia atas apa yang mereka miliki? Melalui catatan
singkat ini, akan ku ungkapkan yang ku pikirkan serta berusaha menjelaskannya
dan menanti pendapat sahabat terkait masalah tersebut.
Manusia
Seperti
yang telah dikatakan, manusia memang mempunyai kemiripan yang banyak dengan
makhluk yang lain, namun selain itu terdapat perbedaan yang mendasar pada
dirinya dengan yang lain. Pembahasan mengenai masalah ini cukup panjang, akan
tetapi pada kesempatan ini saya hanya akan sedikit memberikan gambaran atau
penjelasan secukupnya dan selanjutnya, kita dapat mendiskusikannya.
Kita melihat
hewan disekitar kita, bertindak sesukanya, seperti seekor kucing – yang mungkin
anda pernah mengalaminya – merampas makanan yang ternyata kita sangat
membutuhkannya dan dapatkan dengan susah payah, dengan sesukanya sang kucing
merebutnya demi kepuasannya. Sebenarnya apa yang terjadi pada sang kucing,
apakah ia tahu dan sedang memikirkan kesedihan atau kekesalan yang kita alami,
atau sedikitpun tak memiliki gagasan-gagasan serupa? Dari beberapa keterangan,
binatang ini dan semacamnya tak mempunyai konsep tentang kesulitan, penderitaan
dan semacamnya, mereka bertindak secara alami dan tanpa perkembangan dari hari
kehari dan kesadaran ini yang disebut dengan insting atau naluri.
Seakan telah terseting padanya, berusaha mendapatkan apa yang dibutuhkan
meskipun dengan pertarungan, padahal, pada spesies kita itu milik orang lain
dan kita pun harus berusaha dan tidak seenaknya menikmatinya meskipun terkadang
ada yang melakukannya layaknya seekor binatang.
Manusia
memeiliki kemampuan yang luar biasa, mengalami perkembangan hari demi hari,
bermasyarakat, bernegara dan sadar akan kerja sama dan ketertiban dalam lingkungannya.
Mengembangkan hal-hal yang menjadikannya muda dalam beraktivitas, membangun
tempat tinggalnya agar terlindung dari sengitnya mentari dan hal-hal yang dapat
mendatangkan bahaya. Selain itu, pemahamannya tentang alam membuatnya relative
mengendalikan alam dan mengeksploitasi – terlepas benar atau salah – demi
kepentingan hidup. Sebenarnya yang membuatnya berkembang adalah kekuatan yang
ada pada dirinya, yang kita kenal dengan akal (rasio; berpikir).
Kekuatan dahsyat ini membuatnya menjadi makhluk berkesadaran, mampu menjaga dan
membuat kerusakkan yang lebih besar dari makhluk selainnya.
Keberadaan
akal meniscayakan pengetahuan, dan kesadaran mengantarkannya pada lebih dari
satu pengetahuan dan menjadikan ia berpikir. Proses ini mampu menemukan persoalan
yang tak dapat diindrai dan memecahkannya, namun ini bukanlah proses material.
Dari sini, kita dapat katakan bahwa manusia terdiri dari materi dan nonmateri,
jiwa dan raga, roh dan badan. Jiwa ini melebihi jiwa-jiwa tumbuhan dan
binatang, mengalami perkembangan dengan tingkat kesempurnaan yang berbeda.
Manusia memiliki sekian potensi yang desebut fitra yang dapat
dikembangkan dan yang membedakannya dari yang lain. Singkatnya, yang membedakan
manusia dengan makhluk lain adalah akal dan keberagamaannya.
Sisi
material dan nonmaterial
secara umum dan lazimnya di masyarakat luas hal yang
material adalah pasti dan tak perlu penjelasan dan menganggap segalanya adalah
materi, berawal dan bermula pada materi bagi mereka yang
dikenal dengan sebutan ateisme. Beda halnya dengan mereka
(materialisme), bagi teisme, sisi nonmaterial (metafisik) adalah
benar adanya. Disini, kita coba memberikan beberapa proposisi yang
memperlihatkan adanya sisi nonmaterial manusia dan keberadaan realitas yang tak
kasat mata.
Pengetahuan, adalah hal yang niscaya bagi yang memiliki
akal (berpikir). Lalu bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan, apakah
pengetahuan adalah dapat diindrai atau tidak? Telah banyak pengetahuan yang
kita miliki, tapi pernahkah kita memikirkan bagaimana dan dari mana datangnnya
pengetahuan tersebut? Jika kita katakan pengetahuan yang kita miliki adalah
berasal dari alam (material) yang kita lihat, sentuh dan lain sebagainya,
kemudian masuk pada benak kita sehingga jadilah ia sebagai pengetahuan. Anggaplah
kami sepakat dengan pendapat tersebut, namun sekarang kami pun ingin bertanya,
apakah benda-benda tersebut yang bergerak masuk pada benak, ataukah kita yang
memasukkannya. Mereka (yang berpendapat seperti ini) mengatakan, saat kita
mengindrai sesuatu, dengan pancaran cahaya gambar tersebut terpantul dan sampai
pada saraf-saraf indra kita untuk selanjutnya ia di kirim ke otak seperti
halnya sari-sari makanan yang dicerna. Jika demikian, apakah pengetahuan
tersebut bersifat materi atau bukan, mereka mengatakan materi.
Sebagaimana sifat dari materi, ia tak lepas dari ruang-waktu, olehnya itu
pengetahuan yang merupakan materi pastinlah memiliki tempat sebagaimana materi
yang lain. Lalu dimanakah tmpat atau letak pengetahuan? Pemjelasan yang
diberi yaitu, ia tersimpan di otak (memori) melalui saraf yang ada padanya.
Menurut para ahli
biologi, sel-sel selalu berganti seriap saat dan dan memerlukan nutrisi dalam
perkembangannya untuk re-generasi menggatikan sel-sel yang lama yang telah
rusak. Jika pengetahuan tersimpan pada sela-sela materi yang ada maka sudah
tentu ia akan rusak dan punah seiring bergantinya sel-sel yang ada, dan
mengalami kecatatan misalnya, ada yang telah terpotong bagaikan lembaran kertas
dan sebagiannya telah hilang sehingga apa-apa yang kita ketahui beberapa bulan
sebelumnnya tidak tersisah pada benak kita. Selain itu, jika kita asumsikan
pengetahuan itu pun hidup dan mengalami perkembangan sebagaimana sel tubuh,
maka niscaya ia telah berubah menjadi sesuatu yang lain; esensinya telah berubah
sehingga tidak sesuai lagi dengan alam objektif, dengan demikian, tidak dapat
lagi dikatakan sebagai pengetahuan. Selanjutnya, jika saja pengetahuan kita
adalah materi, bagaimana mungkin objek-objek yang ukurannya melebihi ukuran
kepala kita dapat masuk dan tinggal di dalam serta mampu kita bawa kemana tampa
merasa beban apa-apa. Sekiranya sperti yang mereka sebutkan, maka orang yang
berpengetahuan luas memiliki berat badan yang luar biasa dan mengalami
perkembangan fisik sebagai mana sifat materi adalah memiliki bobot. Alasan lain
ditolaknya annggapan tersebut adalah tidak adanya bukti ilmiah materi alam ini
masuk pada benak kita. Alhasil, annggapan yang mereka berikan tak berdasar sama
sekali dan ini merupakan salah satu dari bukti adanya sisi nonmaterial
manusia.
Tujuan Hidup
Tujuan Hidup
Sebagai
makhluk yang berkesadaran, pada setiap tindakannya sudah seharusnya mempunyai
tujuan dan sadar terhadap pilihan yang ia buat. Manusia diberi kebebasan untuk
memilih jalan mana yang akan ia tempuh. Lalu untuk apa manusia diciptakan?
Manusia dicipatakan untuk menuju kesempurnaan. Penciptaan adalah suatu hal yang
niscaya, keberadaannya adalah untuk menyembah Allah, dan penyembahan ini
bukanlah untuk Tuhannya melainkan kembali kepada dirinya sendiri. Menjadi
pemimpin di muka bumi dan bertanggung jawab atas masyarakat dan lingkungannya
serta segala kerusakan yang ia buat, inilah tujuan hidup manusia. Yang menjadi
persoalan adalah, dengan apa manusia dapat mengembangkan potensi pada dirinya
demi kesempurnaan wujudnya. Yang pertama kita harus mengenal potensi yang ada
pada diri kita sebagaimana adanya agar dapat berbuat sebagaimana mestinya demi
aktualitas secara sempurna. Salah satu tujuan kenabian adalah membimbign
manusia untuk mengenal siapa dirinya dan mau kemana serta dimana ia saat ini.
Terdapat Beberapa Pandangan Mengenai Tujuan Hidup
dan Manusia Sempurna.
Kesempurnaan yang dimaksud disini
adalah kualitas diri yang dikembangkan sedemikian rupa yang menyangkut dengan
seluruh potensi dan dengan keseimbangan diantaranya. Saya akan membahasnya pada kesempatan lain. TQ, smga bermanfaat.