Assalam…, pada kesempatan ini, kami akan berbicara seputar Hubungan
Antarpribadi. Lumayan panjang sih… tapi, kesempatan yang teman luangkan untuk
membaca serta kritik terhadap tema ini akan merubah keberadaan teman, yang
terjadi pada wilayah substansi. Selamat membaca….!!!
Bagian 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki indra dan akal. Indra sebagai alat,
digunakan untuk mempersepsi hal-hal yang bersifat materi (kasat mata). Pada
proses tersebutlah muncul hubunagan individu dengan stimuli. Stimuli kemudian
dipersepsi sehingga dapatlah pengetahuan mengenai suatu hal. Berbekal
pengetahuan yang ia miliki dan kehendak bebas dirinya maka, keinginan terhadap
hal tertentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan menjadi pilihan dan tantangan
baginya. Untuk merealisasikan hal tersebut, manusia memerlukan interaksi
terhadap lingkungan sekitar tempat ia hidup, dan bekerja sama. Kebutuhan
terhadap oang lain inilah sehingga manusia disebut sebagai makhluk social.
Agar saling memahami maksud dan tujuan diantara individu dan
masyarakat, maka dibutuhkan simbol atau tanda yang disepakati untuk
merepresentasi apa yang dimaksud, dan disinilah proses komunikasi berlangsung
yang ditandai dengan pertukaran makna melaui pesan. Untuk pertama-kali komunikasi terjadi adalah
pada tataran intrapersonal yang
kemudian muncul sebagai komunikasi interpersonal
sebelum masuk pada konteks komunikasi kelompok, organisasi dan massa.
Seperti itulah manusia menjalin hubungan dengan orang lain.
Hubungan interpersonal yang baik, adalah keinginan dari setiap orang. Tak ada
yang menginginkan keretakan apalagi permusuhan, meskipun begitu, ada saja
permusuhan sebagaimana yang kita lihat dilingkungan masyarakat. Lalu seperti
apakah hubungan interpersonal tersebut? Bagaimana terbentuknya dan apa yang
menjadi factor penghalang dan pendukungnya? Untuk itu, kita perlu mengetahui
dan menelusuri hubungan interpersonal dengan mengacu pada hasil penelitian yang
telah dilakukan dalam hubungannya dengan fakta social.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa arti
dan pentingnya Hubungan Interpersonal terhadap kehidupan sosial?
2.
Bagaimana
penjelasan teori hubungan interpersonal dan apa faktor yang mempengaruhi
Hubungan Interpersonal, sebagai faktor penguat atau pelemah?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini yaitu untuk
mengetahui dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dalam hubungannya
dengan kehidupan bermasyarakat dan
akibat yang ditimbulkan. Selain itu, makalah ini dibuat sebagai bahan diskusi
mata kuliah komunikasi antarpribadi (interpersonal)
dan kelompok.
D. Manfaat
1.
Dapat mengetahui hubungan interpersonal
dan pentingnya dalam interaksi social;
2.
Menambah pengetahuan dan pertanyaan
demi pencarian kearah yang lebih maju; dan
3.
Gugatan terhadap mahasiswa agar
berpikir kritis dalam mengahadapi persoalan komunikasi dalam lingkup
soasial-budaya, agar tidak hanya menjadi pemakai melainkan mampu
merumuskan/mengkonstruk sebuah solisi.
Bagian 2 Kajian Pustaka
A. Pengertian
Seperti biasa, memberi pengertian atau
batasan terhadap suatu istilah itu perlu, terutama istilah-istilah yang tekhnis
yang bisa jadi berbeda penggunaannya dalam konteks yang berbeda.
Hubungan. Istilah ini tidak mengacu
pada satu hal, melainkan dua atau lebih hal yang saling mempengaruhi. Dengan
kata lain, ia bagaikan satuan sistem dari yang terkecil hingga yang besar, yang
miliki keterkaitan; bisa jadi yang lain menjadi sebab bagi yang lain, baik
secara hakiki maupun i’tibari. Hubungan Interpersonal adalah hubungan
antar dua (diad) atau tiga (triad) individu yang di dalamnya tejadi interaksi
dan saling mempengaruhi antar satu dengan yang lain. Untuk melihat pentingnya
suatu hubungan, berikut penjelasan Gerarld R. Miller dalam kata pengantar yang
dituliskan untuk buku Explorations in
Interpersonal Communication yang kami kutip sebagai berikut:
Understanding the interpersonal communication process
demands an understanding of the symbiotic relationship between communication
and relational development: communication influences relational development,
and in turn (simultaneousy), relational development influences the nature of
communication between parties to the Relationship.[1]
(memahami proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman
hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan relasional: komunikasi
mempengaruhi perkembangan
relasional, dan pada gilirannya (secara
serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antar
pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut).
B. Model dalam Teori Hubungan
Interpersoanal
Ada
beberapa model yang menjelaskan hubungan interpersonal. Empat model tersebut
yaitu:
1.
Model pertukaran social (social exchange model);
2.
Model
peranan (role model);
3.
Model permainan (the “games people play” model); dan
4.
Model interaksional (interactional model)[2]
Model pertukaran (social
exchange model) menerangkan tentang hubungan sebagai suatu transaksi. Orang
akan menjalani sebuah hubungan ketika ia merasa memiliki keuntungan, atau apa
yang ia harapkan sebagai sebuah kebutuhan mungkin dan/ atau akan terpenuhi.
Thibaut dan Kelley, yang merupakan dua pemuka teori ini menyimpulkan teori ini
seperti yang diutarakan, “asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami
adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya.”[3]
konsep pokok dalam teori ini yaitu ganjaran, biaya, laba (hasil) dan tingkat
perbandingan. Demikian, kalau model pertukaran melihat hubungan sebagai
transaksi, model peranan (role model)
melihat hubungan sosial bagaikan panggung sandiwara. Peran yang dimainkan
seseorang diharapkan sesuai dengan apa yang telah ada pada teks. Apa yang ada
diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab, atau status yang kita miliki
misalnya, seorang dokter harus memainkan peranannya sesuai dengan apa yang
menjadi bebannya, seorang dosen memainkan peranan sebagai pengajar dan
semacamnya. Pergeseran atau meninggalkan peranan yang seharusnya dapat dikatan
sebagai penyimpangan dari peranan. Dalam hubungan interpersonal, peranan
dibutuhkan sebagai umpan balik terhadap apa yang diharapkan orang lain melalui
daya persepsi.
Berbeda dengan yang terdahulu, yang belakangan ini berasal
dari psikiater Erik Berne (1964, 1972) yang menceritakan model permainan (games people play) dalam buku Games People Play.[4]
Model ini menjelaskan orang akan bersikap menggunakan tiga cara , pertama, orang tua. kedua, orang dewasa dan
ketiga, anak. Dalam merespon perilaku seseorang, orang akan menggunakan
salah satu dari tiga model permainan di atas.
Model yang keempat adalah model interaksional (interactional model). Medel ini
merupakan model yang berupaya untuk memadukan model-model sebelumnya. Ia
memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. “Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan yang sama, metode komunikasi, ekpektasi
dan pelaksaan peranan, serta permainan yang dilakukan.”[5]
C. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Tahapan hubungan berikatan erat dengan
model-model yang disebutkan. Terdapat tiga tahap hubungan, khususnya hubungan
interpersonal, antara lain Pembentukan hubungan interpersonal, Peneguhan
hubungan dan Pemutusan hubungan.[6]
D. Macam Variabel yang Mempengaruhi
Hubungan Interpersonal
1. Agresif
Sebagian besar yang dipahami orang agresi adalah perbuatan
melukai orang lain. akan tetapi anggapan ini sangat sulit untuk dijadikan
ukuran mengatakan seseorang bertindak agresi. Seorang pemain sepak bola yang
menendang bola dan keluar dari lapangan yang mengakibatkan orang lain terluka,
korban tidak akan mengatakan pemain tersebut agresif. Oleh karena itu, agresif
didefinisikan sebagai “tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain.”[7]
tindakan yang melukai dan melukai dengan dimaksudkan untuk melukai adalah
berbeda. Agresif yang dilakukan seseorang dapat berupa pro-sosial atau anti-sosial
dan/ atau berada diantaranya: agresi yang disetujui.
Manusia memiliki perasaan atau keinginan untuk melakukan
suatu hal. Sehingga dibedakan antara perilaku agresi dari perasaan agresi.
“mungkin saja seseorang merasa sangat marah, tetapi tidak menampakkan usaha
untuk melukai orang lain.”[8]
disini kita perlu memaparkan sumber rasa marah yang dapat menjadikan orang
berperilaku agresi. Beberapa penelitian yang dilakukan terkait masalah tersebut
memperlihatkan orang cenderung merasa marah ketika ia “.diserang atau diganggu
orang lain”. selain serangan sebagai sumber amarah yang umum, “frustasi”
merupakan satu faktor yang menimbulkan rasa marah. “Frustasi adalah gangguan
atau kegagalan mencapai tujuan.”[9]
Frustasi, dapat menjadi sebab bagi agresif yang berbahaya.
Peningkatan agresi dapat ditentukan oleh atribusi. Peran
atribusi sangat penting untuk melihat perilaku agresi yang diakibatkan
kemarahan atau frustasi. Kemarahan akan berubah menjadi agresif bila orang
mengetahui kejadian yang menimpanya adalah tindakan yang disengaja oleh orang
lain. seseorang yang dikeluarkan dari kantor akan merespon dengan cara yang
berbeda jika ia tahu bahwa ia dikeluarkan karena tidak disukai atasannya, dan
bukan karena kerjanya yang tidak beres. Relevan dengan pembahasan ini, D.R Nye
(1973) menyebutkan lima sumber konflik: 1) Kompetisi; 2) dominasi; 3)
kegagalan; 4) provokasi; dan 5) perbedaan nilai.[10]
Mempelajari
Perilaku Agresi
Untuk
membantu kita dalam memahami agresi lebih jauh, perlu sedikit-banyak bagaimana
mempelajari perilaku agresi.
“Mekanisme
utama yang menentukan perilaku agresi manusia adalah proses belajar masa lampau.”[11]
Pernyataan ini didasari pada teori-teori tiruan yang berorientasi pada faktor
penguat.[12] Toeri
belajar ini menjelaskan perilaku manusia sebagai hasil dari belajar. Dalam
belajar, faktor penguat berperan sebagai penentu dari kelanjutan sikap tertentu
yang dilakukan seseorang. Variabel mempelajari perilaku agresif dapat
disebutkan sebagai berikut:
a.
Penguat (reinforcement);
b.
Imitasi;
c.
Norma social;
d.
Deindividuasi; dan
e.
Agresi instrumental.[13]
beberapa
variable yang disebutkat menyangkut agresi dapat digunakan dalam memahami
perilaku agresi itu sendiri. Bagi mereka yang ingin meneliti persoalan ini, ada
baiknya untuk memperhatikan dengan cermat guna mencapai solusi yang lebih
elegan.
2. Keakraban, control, respon yang tepat
dan emosional
Hubungan interpersonal melibatkan
pilihan sejauh mana keakraban
menjalani suatu hubungan. Tingkat kedekatan dapat menentukan keakraban.
Seseoarang dapat memilih jarak yang akan ia gunakan dalam berinterksi.
Kedekatan atau keakraban membutuhkan kasih sayang. Dengan kasih sayang yang
ditumbuhkan akan menentukan sejauh mana hubungan itu berlangsung. “Kebersamaan,
(mutuality), yang melibatkan pasangan
pada suatu joint venture, haruslah ada dalam suatu hubungan akrab.”[14]
Berikut pendapat Chelune et.al., yang
disampaikan Derlege (1984), yang memberikan penekanan pada hubungan: “hubungan akrab pada intinya memiliki suatu proses
bersama seperti tarian yang dikoreografikan secara baik, yang melibatkan
keseimbangan dalam gerakan dan dalam kebersamaan.”[15]
Dalam situasi seperti ini, kontrol
menjadi sangat penting. Siapa yang akan mengontrol dan lebih mendominasi.
Misalnya, pada saat bersama-sama dalam situasi dilematis. Siapakah yang lebih berperan
penting dalam mengembil keputusan. Ketidak sepakatan pengontrolan dapat
mengganggu hubungan yang dijalani.
Kebutuhan pada pengontrolan agar
tercipta kestabilan, tidak bisa dilepaskan dari ketepatan respon terhadap pesan
yang ditransmisikan. Kemampuan ini membutuhkan interpretasi yang tepat. Ketika
tepat menginterpretasi, barulah dapat mengetahui dengan tepat tingkat
emosiaonal yang dibutuhkan pasangan kita. Respon tersebut dapat di bagi menjadi
dua pertama, konfirmasi dan kedua,diskonfirmasi. tingkat emosional
yang memiliki interval yang terlalu jauh dari apa yang diungkapkan atau
dinginkan oleh lawan bicara membuat interaksi dapat dihentikan.[16]
3. Percaya (trust), Sikap suportif dan Sikap terbuka
Kepercayaan merupakan faktor yang paling penting
untuk membangun dan memperteguh suatu hubungan. “Secara ilmiah, ‘percaya’
didefinisikan sebagai ‘mengendalikan perilaku orang lain untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh
resiko” (Giffin, 1967).[17]
sikap percaya bisa didapatkan melalui tiga faktor yaitu, menerima, empati
dan kejujuran.[18]
Suportif. Suportif adalah suatu sikap yang dapat mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi; soportif, lebih terbuka dan menerima perbedaan. Dengan sikap
suportif, kita lebih dapat memahami orang lain dengan baik. Kesalahan persepsi
dapat menjadi salah dikarenakan defensive yang dilakukan seseorang yang terlalu
cepat dan tidak tepat, dan bisa jadi seiring dengan ekspektasi yang dibangun
terhadap komunikan.
Terbuka. Keterbukaan diperlukan pada hubungan
interpersonal, untuk mendapatkan interaksi yang efektif. Lawan dari sikap
terbuka adalah “dogmatise…”[19]
dogmatis membuat kita sukar menerima kebenaran, menutup diri dan cenderung
menilai orang lain dengan nilai personal tanpa melakukan ferivikasi. Keterbukan
akan berbandinbg lurus dengan hubungan yang dibina. Untuk melihat tingkat
keterbukaan yang dibutuhkan, agar
mengperkokoh suatu hubungan atau yang menjadikan kejauhan orang-orang
yang menjalani hubungan, Johari Window dapat
membantu kita.
4.
Penyingkapan
Diri dan Konsep Diri
Keterbukaan yang diinginkan
mengharuskan seseorang untuk menyingkap diri untuk orang lain dan untuknya.
Penyingkapan berarti memberberkan informasi diri kepada orang lain;
menceritakan atau menjawab pertanyaan yang diajukan orang lain dengan
sebenaranya. Tubbs dan Moss menyebutkan, “penyingkapan diri merupakan suatu
usaha untuk membiarkan keotentikan memasuki hubungan sosail kita, dan kita
mengetahui bahwa hal ini berkaitan dengan kesehatan mental…”[20]
penyingkapan diri terjadi secara bertahap. Pada suatu hubungan, tingkat
penyingkapan diri bertambah sesuai dengan tingkat kepercayaan. “Knapp dan Fengelisti
(1992) mengamati bahwa dalam tahap mempererat suatu hubungan, seringkali banyak
penyingkapan diri.”[21]
Di sisi lain, “penelitian Jourad (1979)
dan yang lainnya menguatkan urutan peilaku berikut: bila seseorang menyingkapkan sesuatu tentang dirinya pada orang lain,
ia cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang yang kedua.”[22]
Jourad menyebut hal ini dengan pengaruh diadik (diadyc effek).
Johari Window (jendela Johari)
Penyingkapkan diri merupakan variabel
penting dalam hubungan interpersonal. Seperti janji kita terdahulu, kami akan
menggunakan Jendela Johari untuk melihat bagaimana pnyingkapan dilakukan dan
wilayah mananakah dari Jendela tersebut yang harus diperluas agar orang lain
mendapatkan tingkat kepastian yang lebih besar mengenai diri kita.
“Johari’ berasal dari nama depan dua
orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft dan Harry Ingham.”[23]
Jendela johari merupakan suatu model inovatif yang digunakan untuk menerangkan
sikap keterbukaan melalui penyingkapan diri. “Pada pokoknya, model ini
menawarkan suatu cara melihat kesaling bergantungan hubungan intrapersona dan
hubungan antarpersona.”[24]
Diadaptasi dari Tubss & Moss
yang diperbaiki (kanan) sebagai model
jendela yang baik (Sumber:Joseph Luft, Of
Human Interaction, Palo Alto, CA: National Book Press, 1969. Hak Cipta ©
1969 oleh National Book Press. Atas Izin
National Book Press)
Bagian 3 Pembahasan
Bab ini merupakan upaya kami untuk merangkum kembali materi
terdahulu. Tujuan merangkum adalah upaya mengintegrasikan setiap bembahasan
dengan harapan dapat menjawab apa yang menjadi permasalahan kita pada kajian
ini. Salah satu pertanyaan yang menjadi rumusan masalah kita adalah pentingnya komunikasi
interpersonal. pertanyaan ini akan kami jawab dengan mengacu pada penjelasan
tinjauan pustaka.
Sebagai mana penjelasan sebelumnya, komunikasi antar pribadi
merupakan proses transaksi (interaksi) menggunakan lambang-lambang. Penggunaan
lambang dimaksudkan agar mendapatkan kemudahan untuk memahami maksud orang
lain. Kemudahan ini didukung oleh penggunaan lambang yang sama, atau telah
disepakati. Dengan pahaman yang sama terhadap isi pesan maka pesan yang
ditransmisikan akan menjadi efektif sebagai bahan representatif. Kebutuhan
merepresentasikan maskud dikarenakan orang mempunyai keinginan dan kebutuhan
terhadap suatu hal. Kebutuhan bisa dipenuhi secara relative tanpa bantuan orang
lain. disamping kebutuhan yang dapat dicapai dengan sendirinya, terdapat banyak
kebutuhan manusia yang hanya bisa diperoleh dengan bantuan orang lain.
Seorang anak yang berusia balita, adalah manusia kecil dan
mungil yang selalu butuh terhadap orang tuanya agar setiap kebutuhannya dapat
terpenuhi. Mengapa? Karena ia masih kecil dan belum mampu melakukan pekerjaan
itu selain bernafas dan hidup dengan kesiapan yang alamiah yang penuh dengan
berbagai potensi. Kelak ketika potensi menjadi actual, ia mulai melakukan
beberapa pekerjaan. Tindakan ini didukung oleh fisik dan psikis (jiwa). Karena
jiwa berperasaan, maka ia pun dapat merasakan keberadaan dan pengaruh
lingkungan sekitar.
Mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan, adalah suatu yang
niscaya. Dikatakan niscaya sebab ia hidup tak mungkin tanpa lingkungan dan
berinteraksi dengan sesama. Interaksi dimulai dari keluarga dan kemudian
lingkungan yang lebih kompleks. Kasih sayang, belajar, kerja sama, pengakuan,
dan semacamnya, adalah kebutuhan bagi setiap individu. Jika ia belajar dan
memahami, maka hasil dari belajar ini akan diaktualkan dalam bentuk aktivitas
yang produktif. Misalnya, seorang peneliti, ia memfokuskan diri untuk meneliti.
Hasil penelitian dari kerja keras ini mengharapkan pehaman orang lain agar bisa
memanfatkannya. Selain itu, kebutuhan terhadap upaya ini dibutuhkan. Makan,
minum dan bepergian direlisasikan dengan bantuna orana lain, begitupun
sebaliknya. Olehnya itu, kehidupan ini adalah jejaring sosial yang saling
mempengaruhi. Keterhubungan ini merupakan suatu sistem yang tak dapat
dipisahkan. Dari sini beralasan jika kita mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, yang berarti bermasyarakat. Kebutuhan bekerja sama, untuk
membangun tersebut mengharuskan suatu hubungan, dan itu terjadi pertama kali
pada tataran antarpribadi. Tanpa hubungan antarpribadi, mustahil tercipta
hubungan-hubungan yang lain. Dan ketiadaan hubungan berarti ketiadaan
kehidupan.
Pemahaman terhadap suatu hubungan dapat membantu kita
memecahkan problema yang menghadang. Menghilangkan depresi sebab mampu
mengkomunikasikan dengan baik terhadap orang-orang yang menjalin hubungan
dengan kita tanpa kecemasan. Mengapa? Sebab kecemasan selalu muncul pada
hubungan yang tidak baik, dan hubungan yang tidak baik dikarenakan kurangnnya
pahaman terhadap tujuan dan fungsi hubungan serta karakter manusia. Di sinilah
bagian, dari bagian terpenting kebutuhan memahami hubungan interpersonal.
Hubungan terbentuk melalui suatu proses, sebagaimana hal
lain. proses pembentukan dimulai dari tahap awal, yang disebut dengan tahap
pembentukan. Tahap ini adalah perkenalan untuk mendapatkan informasi. Namun
pada dasarnya, tahap pembentukan hubungan dimulai sejak komunikasi
intrapersonal. Berbagai pertimbangna sebelum melakukan tindakan diawali dari
diri, membawanya keluar dan kemudian kembali lagi. Jika perlu untuk
melanjutkan, maka langkah selanjutnya adalah kreatifitas dalam rangka peneguhan
agar tetap terjaga apa yang diharapkan. Konflik, kekecewaan dan kekesalan
selalu ada, namun dengan usaha mengevaluasi, hubungan dapat dipertahankan dan
bertambah kokoh. Walau pun begitu adanya, pada akhirnya perjalanan harus
terhenti. Jika bukan karena ketidak cocokan, maka yang ada adalah perpisahan
disebabkan oleh habisnya masa berlakunya tiket perjalanan di dunia sehingga ia
harus kembali (kematian).
Beberapa model yang teleh kami jelaskan, mengisyaratkan
kehidupan ini bagaikan sandiwara yang ada waktu berakhirnya suatu permainan.
Model pertukaran menjelaskan bahwa hubungan yang dijalani melibatkan
perhitungan laba. Laba adalah keuntungan yang diperoleh dari pemasukan (ganjaran)
yang dikurangi biaya (pengorbanan). Kebutuhan untuk bertahan jika ia merasa
masih memiliki keuntungan. Disamping menghitung laba, ia memainkan peranan
sesuai dengan keadaanya. Ke-ada-annya adalah tanggungjawab sebagai bentuk
kewajiban. Misalnya, sebagai pelajar, kewajibannya adalah belajar dengan maksud
mengetahui, jika ia tidak menjalankan tanggung jawabnya (peranan) sebagai
pelajar, ia bisa terkucilkan oleh pandangan pelajar yang benar-benar seorang
pelajar (bukan “PelAjar”:
Pelajar Anti Belajar). Hitung-hitungan laba yang dihasilkan dari peranan (model
peranan) yang baik, sandiwara yang ia mainkan dapat membuat orang lain bahagia
atau sebaliknya, kecewa dan tersakiti. Permainan (model permainan), antara
sesama bisa tidak selaras, jika yang orang butuhkan adalah permainan watak
orang tua dan ia bersandiwara denga watak anak, maka keretakan dapat membesar.
Hubungan dapat menjadi langgeng dengan permainan yang baik. Kebutuhan pasangan
terhadap watak anak harus dapat dipahami sehingga bukan sikap orang dewasa yang
dimunculkan. Semua tindakan yang dijelaskan bagaikan sebuah sistem yang saling
terkait, dengan struktur hierarkis (teori interaksional) tertentu.
Lalu apa saja variabelya, yang menjadi faktor yang
mempengaruhi suatu hubungan? Agresi, adalah salah satu variabel itu. Agresif
pada pasangan akan menghancurkan suatu hubungan. “Tak ada orang” yang mau
menjalin hubungan dengan tujuan untuk dilukai. Hubungan dimaksudkan agar
memudahkan dan berbagi dalam suka dan duka. Agresi, muncul dari kemarahan yang
tak mampu dibendung. Kemarahan ini dapat muncul karena orang merasa diserang
dengan motif ingin melukai, dan frustasi yang berat. Motif-motif tersebut jika
diatribusikan kepada pelaku maka orang menjadi marah, yang pada tingkat ambang
batas menjadi agresi.
Perilaku tersebut bisa dari perilaku belajar social.
Penguatan dari pihak tertentu sebagai provokator atau pihak yang oposisi bisa
menajdi pemicu agresifitas. Pada proses belajar, imitasi berperan penting.
Imitasi meliputi norma social. Disisi lain norma social mengajarkan kita
berperilaku familiyar, namun pada kesempatan lain ia mengharuskan agresif.
Agresi tertentu yang muncul dari norma sosial bukanlah antisosial atau
prososial. Selain agresi yang perlu diketahui sebagai variabel yang dapat
memunculkan keretakan hubungan, sumber lain konflik hubungan berasal dari
kompetisi, dominasi, kegagalan, dan perbedaan nilai yang mewarnai dinamika
hubungan.
Macam variabel diatas adalah penting untuk diketahui sebagai
bahan evaluasi. Namun, variabel berikut ini dianggap pembangun, yang diharapkan
dapat digunakan untuk mempertahankan hubungan.
Penyingkapan diri, adalah hal penting dalam suatu hubungan.
Diri yang tersingkap sehingga orang lain
dapat pahami, sangat membantu kita memperoleh upan balik yang tepat. Akan tetapi,
penyingkapan diri yang tidak tepat dapat menjadi bomerang dimasa depan. Dari
reaksi orang lain terhadap diri kita, sedikit banyak membantu kita membentuk
konsep diri. Penjelasan mengenai penyingkapan diri, menggunakan pendekatan
Jendela Johari (Johari Window)
terjelaskan pada daerah terbuka. Sedangkan diri yang tersingkap terjelaskan
pada daerah gelap. Daerah ini adalah diri yang tersingkap namun tak disingkap
oleh diri kita melainkan orang lain. ketersembunyiannya bagaikan ketersembuyian
diri yang tidak kita singkap kepada orang lain.
Walaupun penting keterbukaan, namun tak selamanya
keterbukaan itu baik pada setiap situasi. Sejauh mana ketersingkapan bergantung
pada kepercayaan terhadap siapa pasangan dalam hubungan tersebut. Jika tidak
ada kepercayaan, maka sulit rasanya ada keterbukaan. Kepercayaan menjadi
penting sebab resiko terhadap keaman persoalan pribadi sangat penting. Ini bisa
diawali dengan sikap suportif, mau menghargai perbedaan pasangan, namun, tetap
menjalani hubungan dan saling berbagi. Berbekal pengetahuan yang dimiliki, kita
dapat saling mengontrol, merespon dengan tepat dan dengan tingkat emosianal
yang proporsional. Dengan demikian, keakraban tumbuh dengan kebersamaan yang
dibina. Alasan-alasan diatas, menuntut kita agar melepaskan keegoisan sehingga
pada hal tertentu milikku dapat menjadi milik kita (yang bukan dalam arti
masyarakat kapitalis dan tanpa kelas).
Bagian 4 Penutup
A. KESIMPULAN
Kami yakin, bahwasanya yang mengikuti kajian ini adalah
orang yang memiliki pengetahuan, sehingga mampu memahami bahasa yang sederhana
ini. Untuk itu, kesimpulan kami tidak menguraikan begitu rupa.
Yang dapat kami simpulkan adalah, pentingnya mengetahui
hubungan interpersonal dengan segala yang bersinggungan dengannya, sebab
interaksi yang berlangsung untuk mencapai suatu hubungan dimulai dari hubungan
interpersonal. Baik hubungan dalam kelompok, organisasi, di dalamnya terkandung
hubungan interpersonal. Sebab individu adalah basis dari keluarga, yang mampu
merumuskan pembangunan kemasyarakatan, maka hubungan antar individu yang satu
dengan yang lain mejadi penting untuk ditingkatkan menuju kebersamaan membangun
peradaban dunia yang komunikatif dan saling menghargai.
B. REKOMENDASI
Kepada mahasiswa, untuk tak hanya diam dan mendengar tentang
kesalahan-kesalahan pada majelis keilmuan, melainkan kritik berupa saran dan
sanggahan agar selalu disampaikan, agar kesalahan tak mengakar sehingga
terlihat bagai sebuah kebenaran.
Kepada pengajar yang benar-benar ingin menyebarkan ilmu dan
menjadikan generasi bangsa ini bertanggung jawab atas terwujudnya keadilan
sosial, agar selalu memperbaiki kesalahan-kesalahan kami dengan bijak,
menghindari metode yang mampu mematikan kemampuan bernalar. Berilah kami
pemahaman dengan bahasa yang mudah agar kami mampu melihat kekurangan yang ada
pada diri kami.
Daftar Bacaan
Budi, R.
2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Kretakupa
Print: Makassar
Efendi,
O.U.1993. Ilmu Teori dan Filsafat
Komunikasi. Citra Aditya Bakti: Bandung
Gerungan,
W.A. 2010. Psikologi Sosial. Refika
Aditama: Bandung
Liliweri,
A. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Antar
Budaya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Rakhmat, J. 2009. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Sears,
O.D., Freedman, J.L., & Peplau, L.N.1985.Psikologi Sosial(Jilid II, Terj. Indonesia). Penerbit Erlangga:
Jakarta
Tubbs S.L.,
& Moss S. 2005. Human Communication
(Buku I & II, Terj. Indonesia). PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Wirawan Sarwono, S.(ed). 2011. Teori-teori Psikologi Sosial. Rajawali Perss: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar