Sabtu, 10 Agustus 2013

Hubungan Interpersonal

Assalam…, pada kesempatan ini, kami akan berbicara seputar Hubungan Antarpribadi. Lumayan panjang sih… tapi, kesempatan yang teman luangkan untuk membaca serta kritik terhadap tema ini akan merubah keberadaan teman, yang terjadi pada wilayah substansi. Selamat membaca….!!!

Bagian  1 Pendahuluan
A.     Latar Belakang
Setiap individu memiliki indra dan akal. Indra sebagai alat, digunakan untuk mempersepsi hal-hal yang bersifat materi (kasat mata). Pada proses tersebutlah muncul hubunagan individu dengan stimuli. Stimuli kemudian dipersepsi sehingga dapatlah pengetahuan mengenai suatu hal. Berbekal pengetahuan yang ia miliki dan kehendak bebas dirinya maka, keinginan terhadap hal tertentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan menjadi pilihan dan tantangan baginya. Untuk merealisasikan hal tersebut, manusia memerlukan interaksi terhadap lingkungan sekitar tempat ia hidup, dan bekerja sama. Kebutuhan terhadap oang lain inilah sehingga manusia disebut sebagai makhluk social.
Agar saling memahami maksud dan tujuan diantara individu dan masyarakat, maka dibutuhkan simbol atau tanda yang disepakati untuk merepresentasi apa yang dimaksud, dan disinilah proses komunikasi berlangsung yang ditandai dengan pertukaran makna melaui pesan.  Untuk pertama-kali komunikasi terjadi adalah pada tataran intrapersonal yang kemudian muncul sebagai komunikasi interpersonal sebelum masuk pada konteks komunikasi kelompok, organisasi dan massa.
Seperti itulah manusia menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik, adalah keinginan dari setiap orang. Tak ada yang menginginkan keretakan apalagi permusuhan, meskipun begitu, ada saja permusuhan sebagaimana yang kita lihat dilingkungan masyarakat. Lalu seperti apakah hubungan interpersonal tersebut? Bagaimana terbentuknya dan apa yang menjadi factor penghalang dan pendukungnya? Untuk itu, kita perlu mengetahui dan menelusuri hubungan interpersonal dengan mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hubungannya dengan fakta social.
B.     Rumusan Masalah
1.       Apa arti dan pentingnya Hubungan Interpersonal terhadap kehidupan sosial?
2.       Bagaimana penjelasan teori hubungan interpersonal dan apa faktor yang mempengaruhi Hubungan Interpersonal, sebagai faktor penguat atau pelemah?
C.     Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini yaitu untuk mengetahui dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat  dan akibat yang ditimbulkan. Selain itu, makalah ini dibuat sebagai bahan diskusi mata kuliah komunikasi antarpribadi (interpersonal) dan kelompok.
D.     Manfaat
1.       Dapat mengetahui hubungan interpersonal dan pentingnya dalam interaksi social;
2.       Menambah pengetahuan dan pertanyaan demi pencarian kearah yang lebih maju; dan
3.       Gugatan terhadap mahasiswa agar berpikir kritis dalam mengahadapi persoalan komunikasi dalam lingkup soasial-budaya, agar tidak hanya menjadi pemakai melainkan mampu merumuskan/mengkonstruk sebuah solisi.
Bagian 2 Kajian Pustaka
A.     Pengertian
Seperti biasa, memberi pengertian atau batasan terhadap suatu istilah itu perlu, terutama istilah-istilah yang tekhnis yang bisa jadi berbeda penggunaannya dalam konteks yang berbeda.
Hubungan. Istilah ini tidak mengacu pada satu hal, melainkan dua atau lebih hal yang saling mempengaruhi. Dengan kata lain, ia bagaikan satuan sistem dari yang terkecil hingga yang besar, yang miliki keterkaitan; bisa jadi yang lain menjadi sebab bagi yang lain, baik secara hakiki maupun i’tibari. Hubungan Interpersonal adalah hubungan antar dua (diad) atau tiga (triad) individu yang di dalamnya tejadi interaksi dan saling mempengaruhi antar satu dengan yang lain. Untuk melihat pentingnya suatu hubungan, berikut penjelasan Gerarld R. Miller dalam kata pengantar yang dituliskan untuk buku Explorations in Interpersonal Communication yang kami kutip sebagai berikut:
Understanding the interpersonal communication process demands an understanding of the symbiotic relationship between communication and relational development: communication influences relational development, and in turn (simultaneousy), relational development influences the nature of communication between parties to the Relationship.[1]
(memahami proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan relasional: komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional,  dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut).

B.     Model dalam Teori Hubungan Interpersoanal
Ada beberapa model yang menjelaskan hubungan interpersonal. Empat model tersebut yaitu:
1.       Model pertukaran social (social exchange model);
2.       Model  peranan (role model);                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    
3.       Model permainan (the “games people play” model); dan
4.       Model interaksional (interactional model)[2]
Model pertukaran (social exchange model) menerangkan tentang hubungan sebagai suatu transaksi. Orang akan menjalani sebuah hubungan ketika ia merasa memiliki keuntungan, atau apa yang ia harapkan sebagai sebuah kebutuhan mungkin dan/ atau akan terpenuhi. Thibaut dan Kelley, yang merupakan dua pemuka teori ini menyimpulkan teori ini seperti yang diutarakan, “asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.”[3] konsep pokok dalam teori ini yaitu ganjaran, biaya, laba (hasil) dan tingkat perbandingan. Demikian, kalau model pertukaran melihat hubungan sebagai transaksi, model peranan (role model) melihat hubungan sosial bagaikan panggung sandiwara. Peran yang dimainkan seseorang diharapkan sesuai dengan apa yang telah ada pada teks. Apa yang ada diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab, atau status yang kita miliki misalnya, seorang dokter harus memainkan peranannya sesuai dengan apa yang menjadi bebannya, seorang dosen memainkan peranan sebagai pengajar dan semacamnya. Pergeseran atau meninggalkan peranan yang seharusnya dapat dikatan sebagai penyimpangan dari peranan. Dalam hubungan interpersonal, peranan dibutuhkan sebagai umpan balik terhadap apa yang diharapkan orang lain melalui daya persepsi.
Berbeda dengan yang terdahulu, yang belakangan ini berasal dari psikiater Erik Berne (1964, 1972) yang menceritakan model permainan (games people play) dalam buku Games People Play.[4] Model ini menjelaskan orang akan bersikap menggunakan tiga cara , pertama, orang tua. kedua, orang dewasa dan ketiga, anak. Dalam merespon perilaku seseorang, orang akan menggunakan salah satu dari tiga model permainan di atas.
Model yang keempat adalah model interaksional (interactional model). Medel ini merupakan model yang berupaya untuk memadukan model-model sebelumnya. Ia memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. “Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan yang sama, metode komunikasi, ekpektasi dan pelaksaan peranan, serta permainan yang dilakukan.”[5]
C.     Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Tahapan hubungan berikatan erat dengan model-model yang disebutkan. Terdapat tiga tahap hubungan, khususnya hubungan interpersonal, antara lain Pembentukan hubungan interpersonal, Peneguhan hubungan dan Pemutusan hubungan.[6]
D.     Macam Variabel yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
1.       Agresif
Sebagian besar yang dipahami orang agresi adalah perbuatan melukai orang lain. akan tetapi anggapan ini sangat sulit untuk dijadikan ukuran mengatakan seseorang bertindak agresi. Seorang pemain sepak bola yang menendang bola dan keluar dari lapangan yang mengakibatkan orang lain terluka, korban tidak akan mengatakan pemain tersebut agresif. Oleh karena itu, agresif didefinisikan sebagai “tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain.”[7] tindakan yang melukai dan melukai dengan dimaksudkan untuk melukai adalah berbeda. Agresif yang dilakukan seseorang dapat berupa pro-sosial atau anti-sosial dan/ atau berada diantaranya: agresi yang disetujui.
Manusia memiliki perasaan atau keinginan untuk melakukan suatu hal. Sehingga dibedakan antara perilaku agresi dari perasaan agresi. “mungkin saja seseorang merasa sangat marah, tetapi tidak menampakkan usaha untuk melukai orang lain.”[8] disini kita perlu memaparkan sumber rasa marah yang dapat menjadikan orang berperilaku agresi. Beberapa penelitian yang dilakukan terkait masalah tersebut memperlihatkan orang cenderung merasa marah ketika ia “.diserang atau diganggu orang lain”. selain serangan sebagai sumber amarah yang umum, “frustasi” merupakan satu faktor yang menimbulkan rasa marah. “Frustasi adalah gangguan atau kegagalan mencapai tujuan.”[9] Frustasi, dapat menjadi sebab bagi agresif yang berbahaya.
Peningkatan agresi dapat ditentukan oleh atribusi. Peran atribusi sangat penting untuk melihat perilaku agresi yang diakibatkan kemarahan atau frustasi. Kemarahan akan berubah menjadi agresif bila orang mengetahui kejadian yang menimpanya adalah tindakan yang disengaja oleh orang lain. seseorang yang dikeluarkan dari kantor akan merespon dengan cara yang berbeda jika ia tahu bahwa ia dikeluarkan karena tidak disukai atasannya, dan bukan karena kerjanya yang tidak beres. Relevan dengan pembahasan ini, D.R Nye (1973) menyebutkan lima sumber konflik: 1) Kompetisi; 2) dominasi; 3) kegagalan; 4) provokasi; dan 5) perbedaan nilai.[10]               
Mempelajari Perilaku Agresi
Untuk membantu kita dalam memahami agresi lebih jauh, perlu sedikit-banyak bagaimana mempelajari perilaku agresi.
“Mekanisme utama yang menentukan perilaku agresi manusia adalah proses belajar masa lampau.”[11] Pernyataan ini didasari pada teori-teori tiruan yang berorientasi pada faktor penguat.[12] Toeri belajar ini menjelaskan perilaku manusia sebagai hasil dari belajar. Dalam belajar, faktor penguat berperan sebagai penentu dari kelanjutan sikap tertentu yang dilakukan seseorang. Variabel mempelajari perilaku agresif dapat disebutkan sebagai berikut:
a.       Penguat (reinforcement);
b.       Imitasi;
c.       Norma social;
d.       Deindividuasi; dan
e.       Agresi instrumental.[13]
beberapa variable yang disebutkat menyangkut agresi dapat digunakan dalam memahami perilaku agresi itu sendiri. Bagi mereka yang ingin meneliti persoalan ini, ada baiknya untuk memperhatikan dengan cermat guna mencapai solusi yang lebih elegan.
2.       Keakraban, control, respon yang tepat dan emosional
Hubungan interpersonal melibatkan pilihan sejauh mana keakraban menjalani suatu hubungan. Tingkat kedekatan dapat menentukan keakraban. Seseoarang dapat memilih jarak yang akan ia gunakan dalam berinterksi. Kedekatan atau keakraban membutuhkan kasih sayang. Dengan kasih sayang yang ditumbuhkan akan menentukan sejauh mana hubungan itu berlangsung. “Kebersamaan, (mutuality), yang melibatkan pasangan pada suatu joint venture, haruslah ada dalam suatu hubungan akrab.”[14] Berikut pendapat Chelune et.al., yang disampaikan Derlege (1984), yang memberikan penekanan pada hubungan: “hubungan akrab pada intinya memiliki suatu proses bersama seperti tarian yang dikoreografikan secara baik, yang melibatkan keseimbangan dalam gerakan dan dalam kebersamaan.”[15] Dalam situasi seperti ini, kontrol menjadi sangat penting. Siapa yang akan mengontrol dan lebih mendominasi. Misalnya, pada saat bersama-sama dalam situasi dilematis. Siapakah yang lebih berperan penting dalam mengembil keputusan. Ketidak sepakatan pengontrolan dapat mengganggu hubungan yang dijalani.
Kebutuhan pada pengontrolan agar tercipta kestabilan, tidak bisa dilepaskan dari ketepatan respon terhadap pesan yang ditransmisikan. Kemampuan ini membutuhkan interpretasi yang tepat. Ketika tepat menginterpretasi, barulah dapat mengetahui dengan tepat tingkat emosiaonal yang dibutuhkan pasangan kita. Respon tersebut dapat di bagi menjadi dua pertama, konfirmasi dan kedua,diskonfirmasi. tingkat emosional yang memiliki interval yang terlalu jauh dari apa yang diungkapkan atau dinginkan oleh lawan bicara membuat interaksi dapat dihentikan.[16]
3.       Percaya (trust), Sikap suportif dan Sikap terbuka
Kepercayaan merupakan faktor yang paling penting untuk membangun dan memperteguh suatu hubungan. “Secara ilmiah, ‘percaya’ didefinisikan sebagai ‘mengendalikan perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko” (Giffin, 1967).[17] sikap percaya bisa didapatkan melalui tiga faktor yaitu, menerima, empati dan kejujuran.[18]
Suportif. Suportif adalah suatu sikap yang  dapat mengurangi sikap defensive dalam komunikasi; soportif, lebih terbuka dan menerima perbedaan. Dengan sikap suportif, kita lebih dapat memahami orang lain dengan baik. Kesalahan persepsi dapat menjadi salah dikarenakan defensive yang dilakukan seseorang yang terlalu cepat dan tidak tepat, dan bisa jadi seiring dengan ekspektasi yang dibangun terhadap komunikan.
Terbuka. Keterbukaan diperlukan pada hubungan interpersonal, untuk mendapatkan interaksi yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah “dogmatise…”[19] dogmatis membuat kita sukar menerima kebenaran, menutup diri dan cenderung menilai orang lain dengan nilai personal tanpa melakukan ferivikasi. Keterbukan akan berbandinbg lurus dengan hubungan yang dibina. Untuk melihat tingkat keterbukaan yang dibutuhkan, agar  mengperkokoh suatu hubungan atau yang menjadikan kejauhan orang-orang yang menjalani hubungan, Johari Window dapat membantu kita.
4.       Penyingkapan Diri dan Konsep Diri
Keterbukaan yang diinginkan mengharuskan seseorang untuk menyingkap diri untuk orang lain dan untuknya. Penyingkapan berarti memberberkan informasi diri kepada orang lain; menceritakan atau menjawab pertanyaan yang diajukan orang lain dengan sebenaranya. Tubbs dan Moss menyebutkan, “penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keotentikan memasuki hubungan sosail kita, dan kita mengetahui bahwa hal ini berkaitan dengan kesehatan mental…”[20] penyingkapan diri terjadi secara bertahap. Pada suatu hubungan, tingkat penyingkapan diri bertambah sesuai dengan tingkat kepercayaan. “Knapp dan Fengelisti (1992) mengamati bahwa dalam tahap mempererat suatu hubungan, seringkali banyak penyingkapan diri.”[21]
Di sisi lain, “penelitian Jourad (1979) dan yang lainnya menguatkan urutan peilaku berikut: bila seseorang menyingkapkan sesuatu tentang dirinya pada orang lain, ia cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang yang kedua.[22] Jourad menyebut hal ini dengan pengaruh diadik (diadyc effek).
Johari Window (jendela Johari)
Penyingkapkan diri merupakan variabel penting dalam hubungan interpersonal. Seperti janji kita terdahulu, kami akan menggunakan Jendela Johari untuk melihat bagaimana pnyingkapan dilakukan dan wilayah mananakah dari Jendela tersebut yang harus diperluas agar orang lain mendapatkan tingkat kepastian yang lebih besar mengenai diri kita.
“Johari’ berasal dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft dan Harry Ingham.”[23] Jendela johari merupakan suatu model inovatif yang digunakan untuk menerangkan sikap keterbukaan melalui penyingkapan diri. “Pada pokoknya, model ini menawarkan suatu cara melihat kesaling bergantungan hubungan intrapersona dan hubungan antarpersona.”[24]
 


                                                                        

Diadaptasi dari Tubss & Moss yang  diperbaiki (kanan) sebagai model jendela yang baik (Sumber:Joseph Luft, Of Human Interaction, Palo Alto, CA: National Book Press, 1969. Hak Cipta © 1969 oleh National Book Press. Atas Izin
National Book Press)
Bagian 3 Pembahasan
Bab ini merupakan upaya kami untuk merangkum kembali materi terdahulu. Tujuan merangkum adalah upaya mengintegrasikan setiap bembahasan dengan harapan dapat menjawab apa yang menjadi permasalahan kita pada kajian ini. Salah satu pertanyaan yang menjadi rumusan masalah kita adalah pentingnya komunikasi interpersonal. pertanyaan ini akan kami jawab dengan mengacu pada penjelasan tinjauan pustaka.
Sebagai mana penjelasan sebelumnya, komunikasi antar pribadi merupakan proses transaksi (interaksi) menggunakan lambang-lambang. Penggunaan lambang dimaksudkan agar mendapatkan kemudahan untuk memahami maksud orang lain. Kemudahan ini didukung oleh penggunaan lambang yang sama, atau telah disepakati. Dengan pahaman yang sama terhadap isi pesan maka pesan yang ditransmisikan akan menjadi efektif sebagai bahan representatif. Kebutuhan merepresentasikan maskud dikarenakan orang mempunyai keinginan dan kebutuhan terhadap suatu hal. Kebutuhan bisa dipenuhi secara relative tanpa bantuan orang lain. disamping kebutuhan yang dapat dicapai dengan sendirinya, terdapat banyak kebutuhan manusia yang hanya bisa diperoleh dengan bantuan orang lain.
Seorang anak yang berusia balita, adalah manusia kecil dan mungil yang selalu butuh terhadap orang tuanya agar setiap kebutuhannya dapat terpenuhi. Mengapa? Karena ia masih kecil dan belum mampu melakukan pekerjaan itu selain bernafas dan hidup dengan kesiapan yang alamiah yang penuh dengan berbagai potensi. Kelak ketika potensi menjadi actual, ia mulai melakukan beberapa pekerjaan. Tindakan ini didukung oleh fisik dan psikis (jiwa). Karena jiwa berperasaan, maka ia pun dapat merasakan keberadaan dan pengaruh lingkungan sekitar.
Mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan, adalah suatu yang niscaya. Dikatakan niscaya sebab ia hidup tak mungkin tanpa lingkungan dan berinteraksi dengan sesama. Interaksi dimulai dari keluarga dan kemudian lingkungan yang lebih kompleks. Kasih sayang, belajar, kerja sama, pengakuan, dan semacamnya, adalah kebutuhan bagi setiap individu. Jika ia belajar dan memahami, maka hasil dari belajar ini akan diaktualkan dalam bentuk aktivitas yang produktif. Misalnya, seorang peneliti, ia memfokuskan diri untuk meneliti. Hasil penelitian dari kerja keras ini mengharapkan pehaman orang lain agar bisa memanfatkannya. Selain itu, kebutuhan terhadap upaya ini dibutuhkan. Makan, minum dan bepergian direlisasikan dengan bantuna orana lain, begitupun sebaliknya. Olehnya itu, kehidupan ini adalah jejaring sosial yang saling mempengaruhi. Keterhubungan ini merupakan suatu sistem yang tak dapat dipisahkan. Dari sini beralasan jika kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang berarti bermasyarakat. Kebutuhan bekerja sama, untuk membangun tersebut mengharuskan suatu hubungan, dan itu terjadi pertama kali pada tataran antarpribadi. Tanpa hubungan antarpribadi, mustahil tercipta hubungan-hubungan yang lain. Dan ketiadaan hubungan berarti ketiadaan kehidupan.
Pemahaman terhadap suatu hubungan dapat membantu kita memecahkan problema yang menghadang. Menghilangkan depresi sebab mampu mengkomunikasikan dengan baik terhadap orang-orang yang menjalin hubungan dengan kita tanpa kecemasan. Mengapa? Sebab kecemasan selalu muncul pada hubungan yang tidak baik, dan hubungan yang tidak baik dikarenakan kurangnnya pahaman terhadap tujuan dan fungsi hubungan serta karakter manusia. Di sinilah bagian, dari bagian terpenting kebutuhan memahami hubungan interpersonal.
Hubungan terbentuk melalui suatu proses, sebagaimana hal lain. proses pembentukan dimulai dari tahap awal, yang disebut dengan tahap pembentukan. Tahap ini adalah perkenalan untuk mendapatkan informasi. Namun pada dasarnya, tahap pembentukan hubungan dimulai sejak komunikasi intrapersonal. Berbagai pertimbangna sebelum melakukan tindakan diawali dari diri, membawanya keluar dan kemudian kembali lagi. Jika perlu untuk melanjutkan, maka langkah selanjutnya adalah kreatifitas dalam rangka peneguhan agar tetap terjaga apa yang diharapkan. Konflik, kekecewaan dan kekesalan selalu ada, namun dengan usaha mengevaluasi, hubungan dapat dipertahankan dan bertambah kokoh. Walau pun begitu adanya, pada akhirnya perjalanan harus terhenti. Jika bukan karena ketidak cocokan, maka yang ada adalah perpisahan disebabkan oleh habisnya masa berlakunya tiket perjalanan di dunia sehingga ia harus kembali (kematian).
Beberapa model yang teleh kami jelaskan, mengisyaratkan kehidupan ini bagaikan sandiwara yang ada waktu berakhirnya suatu permainan. Model pertukaran menjelaskan bahwa hubungan yang dijalani melibatkan perhitungan laba. Laba adalah keuntungan yang diperoleh dari pemasukan (ganjaran) yang dikurangi biaya (pengorbanan). Kebutuhan untuk bertahan jika ia merasa masih memiliki keuntungan. Disamping menghitung laba, ia memainkan peranan sesuai dengan keadaanya. Ke-ada-annya adalah tanggungjawab sebagai bentuk kewajiban. Misalnya, sebagai pelajar, kewajibannya adalah belajar dengan maksud mengetahui, jika ia tidak menjalankan tanggung jawabnya (peranan) sebagai pelajar, ia bisa terkucilkan oleh pandangan pelajar yang benar-benar seorang pelajar (bukan “PelAjar”: Pelajar Anti Belajar). Hitung-hitungan laba yang dihasilkan dari peranan (model peranan) yang baik, sandiwara yang ia mainkan dapat membuat orang lain bahagia atau sebaliknya, kecewa dan tersakiti. Permainan (model permainan), antara sesama bisa tidak selaras, jika yang orang butuhkan adalah permainan watak orang tua dan ia bersandiwara denga watak anak, maka keretakan dapat membesar. Hubungan dapat menjadi langgeng dengan permainan yang baik. Kebutuhan pasangan terhadap watak anak harus dapat dipahami sehingga bukan sikap orang dewasa yang dimunculkan. Semua tindakan yang dijelaskan bagaikan sebuah sistem yang saling terkait, dengan struktur hierarkis (teori interaksional) tertentu.
Lalu apa saja variabelya, yang menjadi faktor yang mempengaruhi suatu hubungan? Agresi, adalah salah satu variabel itu. Agresif pada pasangan akan menghancurkan suatu hubungan. “Tak ada orang” yang mau menjalin hubungan dengan tujuan untuk dilukai. Hubungan dimaksudkan agar memudahkan dan berbagi dalam suka dan duka. Agresi, muncul dari kemarahan yang tak mampu dibendung. Kemarahan ini dapat muncul karena orang merasa diserang dengan motif ingin melukai, dan frustasi yang berat. Motif-motif tersebut jika diatribusikan kepada pelaku maka orang menjadi marah, yang pada tingkat ambang batas menjadi agresi.
Perilaku tersebut bisa dari perilaku belajar social. Penguatan dari pihak tertentu sebagai provokator atau pihak yang oposisi bisa menajdi pemicu agresifitas. Pada proses belajar, imitasi berperan penting. Imitasi meliputi norma social. Disisi lain norma social mengajarkan kita berperilaku familiyar, namun pada kesempatan lain ia mengharuskan agresif. Agresi tertentu yang muncul dari norma sosial bukanlah antisosial atau prososial. Selain agresi yang perlu diketahui sebagai variabel yang dapat memunculkan keretakan hubungan, sumber lain konflik hubungan berasal dari kompetisi, dominasi, kegagalan, dan perbedaan nilai yang mewarnai dinamika hubungan.
Macam variabel diatas adalah penting untuk diketahui sebagai bahan evaluasi. Namun, variabel berikut ini dianggap pembangun, yang diharapkan dapat digunakan untuk mempertahankan hubungan.
Penyingkapan diri, adalah hal penting dalam suatu hubungan. Diri yang tersingkap sehingga  orang lain dapat pahami, sangat membantu kita memperoleh upan balik yang tepat. Akan tetapi, penyingkapan diri yang tidak tepat dapat menjadi bomerang dimasa depan. Dari reaksi orang lain terhadap diri kita, sedikit banyak membantu kita membentuk konsep diri. Penjelasan mengenai penyingkapan diri, menggunakan pendekatan Jendela Johari (Johari Window) terjelaskan pada daerah terbuka. Sedangkan diri yang tersingkap terjelaskan pada daerah gelap. Daerah ini adalah diri yang tersingkap namun tak disingkap oleh diri kita melainkan orang lain. ketersembunyiannya bagaikan ketersembuyian diri yang tidak kita singkap kepada orang lain.
Walaupun penting keterbukaan, namun tak selamanya keterbukaan itu baik pada setiap situasi. Sejauh mana ketersingkapan bergantung pada kepercayaan terhadap siapa pasangan dalam hubungan tersebut. Jika tidak ada kepercayaan, maka sulit rasanya ada keterbukaan. Kepercayaan menjadi penting sebab resiko terhadap keaman persoalan pribadi sangat penting. Ini bisa diawali dengan sikap suportif, mau menghargai perbedaan pasangan, namun, tetap menjalani hubungan dan saling berbagi. Berbekal pengetahuan yang dimiliki, kita dapat saling mengontrol, merespon dengan tepat dan dengan tingkat emosianal yang proporsional. Dengan demikian, keakraban tumbuh dengan kebersamaan yang dibina. Alasan-alasan diatas, menuntut kita agar melepaskan keegoisan sehingga pada hal tertentu milikku dapat menjadi milik kita (yang bukan dalam arti masyarakat kapitalis dan tanpa kelas).
Bagian 4 Penutup
A.     KESIMPULAN
Kami yakin, bahwasanya yang mengikuti kajian ini adalah orang yang memiliki pengetahuan, sehingga mampu memahami bahasa yang sederhana ini. Untuk itu, kesimpulan kami tidak menguraikan begitu rupa.
Yang dapat kami simpulkan adalah, pentingnya mengetahui hubungan interpersonal dengan segala yang bersinggungan dengannya, sebab interaksi yang berlangsung untuk mencapai suatu hubungan dimulai dari hubungan interpersonal. Baik hubungan dalam kelompok, organisasi, di dalamnya terkandung hubungan interpersonal. Sebab individu adalah basis dari keluarga, yang mampu merumuskan pembangunan kemasyarakatan, maka hubungan antar individu yang satu dengan yang lain mejadi penting untuk ditingkatkan menuju kebersamaan membangun peradaban dunia yang komunikatif dan saling menghargai.
B.     REKOMENDASI
Kepada mahasiswa, untuk tak hanya diam dan mendengar tentang kesalahan-kesalahan pada majelis keilmuan, melainkan kritik berupa saran dan sanggahan agar selalu disampaikan, agar kesalahan tak mengakar sehingga terlihat bagai sebuah kebenaran.
Kepada pengajar yang benar-benar ingin menyebarkan ilmu dan menjadikan generasi bangsa ini bertanggung jawab atas terwujudnya keadilan sosial, agar selalu memperbaiki kesalahan-kesalahan kami dengan bijak, menghindari metode yang mampu mematikan kemampuan bernalar. Berilah kami pemahaman dengan bahasa yang mudah agar kami mampu melihat kekurangan yang ada pada diri kami.
Daftar Bacaan
Budi, R. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Kretakupa Print: Makassar
Efendi, O.U.1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti: Bandung
Gerungan, W.A. 2010. Psikologi Sosial. Refika Aditama: Bandung
Liliweri, A. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Rakhmat, J. 2009. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Sears, O.D., Freedman, J.L., & Peplau, L.N.1985.Psikologi Sosial(Jilid II, Terj. Indonesia). Penerbit Erlangga: Jakarta
Tubbs S.L., & Moss S. 2005. Human Communication (Buku I & II, Terj. Indonesia). PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Wirawan Sarwono, S.(ed). 2011. Teori-teori Psikologi Sosial. Rajawali Perss: Jakarta



[1] J. Rakhmat.Psikologi Komunikasi.hlm. 119-120
[2] Ibid., hlm.120-124
[3] Ibid.,hlm.121
[4] Ibid.,hlm.123
[5] Ibid.,hlm.124
[6] Ibid.,hlm.125
[7] Sears., Freedman &  Peplau.Psikologi Sosial.hlm.4
[8] Ibid.,hlm.5
[9] Ibid.,hlm.7
[10] J. Rakhmat.Psikologi Komunikasi.hlm.129
[11] Op.cit.,hlm.11
[12] Lihat Sarwono (ed).Teori-teori Psikologi Sosial
[13] Sears., Freedman, & Peplau.Psikologi Sosial.hlm.,2-18
[14] Tubss & Moss.Human Communication.hlm.20
[15] Ibid.
[16] Bandingkan dengan J. Rakhmat.Psikologi Komunikasi
[17] Ibid.,hlm.129-130
[18] Ibid.,hlm.131
[19] Ibid.,hlm.136
[20] Tubbs & Moss.Human Communication.hlm.13
[21] Ibid.,hlm.17
[22] Ibid.,hlm.16
[23] Ibid.,hlm.13
[24] Ibid.,hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar