Kamis, 15 Agustus 2013

GEJOLAK BATIN SAAT MEMANDANG



Sekedar Refleksi mengisi Kekosongan yang ada.
Kamis, Agustus, 15 2014--Makassar. Kebanyakan dari kita pada saat ini – generasi muda – selalu menghindari persoalan yang membutuhkan suatu perenungan. Diantaranya sedikit banyaknya menjalani hari-harinya dengan penuh bahagia (seperti itulah yang terlihat) dan terkadang ingin setiap saat berlibur sana-sini dengan alasan refreshing, dengan tujuan agar dapat menikmati hidup sebab menganggap hidup ini hanya sekali dan konsekuwennya bersenang-senang semata serta berusaha menghancurkan setiap yang bertentangan dengan tujuan pribadinya. Sedikit kecurigaan terhadap anggapan seperti ini adalah akibat dari pemahaman bahwa tujuan kita hidup adalah mencari banyak keuntungan dari alam semata, memperkaya diri dan yang menjadikan hidup ini tempat memenuhi kebutuhan materi dan nafsu, selain itu tak ada. Inilah yang menjadi tujuan hidup dari kebanyakan oarng pada zaman ini. Mungkin dari mereka berkata kami tidak demikian, tapi hal ini tak akan berubah dengan sekedar ucapan karena, sebab ini terlihat dari sikap dan/ perilaku dalam hari-harinya. Apakah ini adalah tujuan  sebenarnya dari hidup kita sebagai makhluk yang dikenal dengan manusia?
Sekarang saya coba untuk mengikutimu – wahai yang tak peduli terhadap kesejahteraan masyarakat) dan pahami apa yang engkau aggap benar, bahwa hidup ini adalah untuk mendapatkan keuntungan dari hasil eksploitasi, memperkaya diri semata dan tak memikirkan penderitaan orang lain serta melakukan apa saja asalkan itu dapat membuat kita bahagia. Tapi adalah hakku untuk bertanya pada kalian, jika itu tujuan dari hidup ini, lalu apa bedanya kita dengan binatang yang selalu dianggap kotor dan berperilaku sesukanya? Bahkan jika benar apa yang dikatakan, kami tak lebih dari seekor binatang sebab binatang hanya berusaha memenuhi kebutuhannya secukup apa yang ia butuhkan saat itu, dan tidak mengumpulkan sebanyak-banyaknya material untuk masa depan dan berusaha melukai setiap binatang yang lain hanya demi penimbunan harta (bahan-bahan material) seperti kebanyakan manusia saat ini. Lalu apa artinya yang desebut-sebut kemajuan teknologi saat ini, jika itu yang harus menjadi tujuan hidup ini? Kami tak pernah menafikan tegnologi yang kalian ciptakan, akan tetapi ketidak pedulian kalian semata mebuat tegnologi tersebut tak sedikit membawa dampak yang buruk dan mengerikan. Sekarang yang aku rasakan dan pikirkan, kita berbeda dengan yang lain, dan hal itu yang membawa kita pada kemajuan dan memiliki peradaban yang tak ada pada makhluk hidup lain. Apakah kita telah salah dalam memanfaatkan potensi dan kemampuan yang terdapat pada diri kita, lalu apa sebenarnya yang manjadi tujuan hidup ini dan mau kemanakah kita setelah ini? Ku melihat, mendengar jeritan, kebingungan orang yang telah mengumpulkan banyak harta, begitu banyak pertengkaran dan kerusakan yang mereka perbuat, mengapa mereka tidak merasa bahagia atas apa yang mereka miliki? Melalui catatan singkat ini, akan ku ungkapkan yang ku pikirkan serta berusaha menjelaskannya dan menanti pendapat sahabat terkait masalah tersebut.
Manusia
Seperti yang telah dikatakan, manusia memang mempunyai kemiripan yang banyak dengan makhluk yang lain, namun selain itu terdapat perbedaan yang mendasar pada dirinya dengan yang lain. Pembahasan mengenai masalah ini cukup panjang, akan tetapi pada kesempatan ini saya hanya akan sedikit memberikan gambaran atau penjelasan secukupnya dan selanjutnya, kita dapat mendiskusikannya.
Kita melihat hewan disekitar kita, bertindak sesukanya, seperti seekor kucing – yang mungkin anda pernah mengalaminya – merampas makanan yang ternyata kita sangat membutuhkannya dan dapatkan dengan susah payah, dengan sesukanya sang kucing merebutnya demi kepuasannya. Sebenarnya apa yang terjadi pada sang kucing, apakah ia tahu dan sedang memikirkan kesedihan atau kekesalan yang kita alami, atau sedikitpun tak memiliki gagasan-gagasan serupa? Dari beberapa keterangan, binatang ini dan semacamnya tak mempunyai konsep tentang kesulitan, penderitaan dan semacamnya, mereka bertindak secara alami dan tanpa perkembangan dari hari kehari dan kesadaran ini yang disebut dengan insting atau naluri. Seakan telah terseting padanya, berusaha mendapatkan apa yang dibutuhkan meskipun dengan pertarungan, padahal, pada spesies kita itu milik orang lain dan kita pun harus berusaha dan tidak seenaknya menikmatinya meskipun terkadang ada yang melakukannya layaknya seekor binatang.
Manusia memeiliki kemampuan yang luar biasa, mengalami perkembangan hari demi hari, bermasyarakat, bernegara dan sadar akan kerja sama dan ketertiban dalam lingkungannya. Mengembangkan hal-hal yang menjadikannya muda dalam beraktivitas, membangun tempat tinggalnya agar terlindung dari sengitnya mentari dan hal-hal yang dapat mendatangkan bahaya. Selain itu, pemahamannya tentang alam membuatnya relative mengendalikan alam dan mengeksploitasi – terlepas benar atau salah – demi kepentingan hidup. Sebenarnya yang membuatnya berkembang adalah kekuatan yang ada pada dirinya, yang kita kenal dengan akal (rasio; berpikir). Kekuatan dahsyat ini membuatnya menjadi makhluk berkesadaran, mampu menjaga dan membuat kerusakkan yang lebih besar dari makhluk selainnya.
Keberadaan akal meniscayakan pengetahuan, dan kesadaran mengantarkannya pada lebih dari satu pengetahuan dan menjadikan ia berpikir. Proses ini mampu menemukan persoalan yang tak dapat diindrai dan memecahkannya, namun ini bukanlah proses material. Dari sini, kita dapat katakan bahwa manusia terdiri dari materi dan nonmateri, jiwa dan raga, roh dan badan. Jiwa ini melebihi jiwa-jiwa tumbuhan dan binatang, mengalami perkembangan dengan tingkat kesempurnaan yang berbeda. Manusia memiliki sekian potensi yang desebut fitra yang dapat dikembangkan dan yang membedakannya dari yang lain. Singkatnya, yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah akal dan keberagamaannya.
Sisi material dan nonmaterial
secara umum dan lazimnya di masyarakat luas hal yang material adalah pasti dan tak perlu penjelasan dan menganggap segalanya adalah materi, berawal dan bermula pada materi bagi mereka yang dikenal dengan sebutan ateisme. Beda halnya dengan mereka (materialisme), bagi teisme, sisi nonmaterial (metafisik) adalah benar adanya. Disini, kita coba memberikan beberapa proposisi yang memperlihatkan adanya sisi nonmaterial manusia dan keberadaan realitas yang tak kasat mata.
Pengetahuan, adalah hal yang niscaya bagi yang memiliki akal (berpikir). Lalu bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan, apakah pengetahuan adalah dapat diindrai atau tidak? Telah banyak pengetahuan yang kita miliki, tapi pernahkah kita memikirkan bagaimana dan dari mana datangnnya pengetahuan tersebut? Jika kita katakan pengetahuan yang kita miliki adalah berasal dari alam (material) yang kita lihat, sentuh dan lain sebagainya, kemudian masuk pada benak kita sehingga jadilah ia sebagai pengetahuan. Anggaplah kami sepakat dengan pendapat tersebut, namun sekarang kami pun ingin bertanya, apakah benda-benda tersebut yang bergerak masuk pada benak, ataukah kita yang memasukkannya. Mereka (yang berpendapat seperti ini) mengatakan, saat kita mengindrai sesuatu, dengan pancaran cahaya gambar tersebut terpantul dan sampai pada saraf-saraf indra kita untuk selanjutnya ia di kirim ke otak seperti halnya sari-sari makanan yang dicerna. Jika demikian, apakah pengetahuan tersebut bersifat materi atau bukan, mereka mengatakan materi.  Sebagaimana sifat dari materi, ia tak lepas dari ruang-waktu, olehnya itu pengetahuan yang merupakan materi pastinlah memiliki tempat sebagaimana materi yang lain. Lalu dimanakah tmpat atau letak pengetahuan?  Pemjelasan yang diberi yaitu, ia tersimpan di otak (memori) melalui saraf yang ada padanya.
Menurut para ahli biologi, sel-sel selalu berganti seriap saat dan dan memerlukan nutrisi dalam perkembangannya untuk re-generasi menggatikan sel-sel yang lama yang telah rusak. Jika pengetahuan tersimpan pada sela-sela materi yang ada maka sudah tentu ia akan rusak dan punah seiring bergantinya sel-sel yang ada, dan mengalami kecatatan misalnya, ada yang telah terpotong bagaikan lembaran kertas dan sebagiannya telah hilang sehingga apa-apa yang kita ketahui beberapa bulan sebelumnnya tidak tersisah pada benak kita. Selain itu, jika kita asumsikan pengetahuan itu pun hidup dan mengalami perkembangan sebagaimana sel tubuh, maka niscaya ia telah berubah menjadi sesuatu yang lain; esensinya telah berubah sehingga tidak sesuai lagi dengan alam objektif, dengan demikian, tidak dapat lagi dikatakan sebagai pengetahuan. Selanjutnya, jika saja pengetahuan kita adalah materi, bagaimana mungkin objek-objek yang ukurannya melebihi ukuran kepala kita dapat masuk dan tinggal di dalam serta mampu kita bawa kemana tampa merasa beban apa-apa. Sekiranya sperti yang mereka sebutkan, maka orang yang berpengetahuan luas memiliki berat badan yang luar biasa dan mengalami perkembangan fisik sebagai mana sifat materi adalah memiliki bobot. Alasan lain ditolaknya annggapan tersebut adalah tidak adanya bukti ilmiah materi alam ini masuk pada benak kita. Alhasil, annggapan yang mereka berikan tak berdasar sama sekali dan ini merupakan salah satu dari bukti adanya sisi nonmaterial manusia.
Tujuan Hidup
Sebagai makhluk yang berkesadaran, pada setiap tindakannya sudah seharusnya mempunyai tujuan dan sadar terhadap pilihan yang ia buat. Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan ia tempuh. Lalu untuk apa manusia diciptakan? Manusia dicipatakan untuk menuju kesempurnaan. Penciptaan adalah suatu hal yang niscaya, keberadaannya adalah untuk menyembah Allah, dan penyembahan ini bukanlah untuk Tuhannya melainkan kembali kepada dirinya sendiri. Menjadi pemimpin di muka bumi dan bertanggung jawab atas masyarakat dan lingkungannya serta segala kerusakan yang ia buat, inilah tujuan hidup manusia. Yang menjadi persoalan adalah, dengan apa manusia dapat mengembangkan potensi pada dirinya demi kesempurnaan wujudnya. Yang pertama kita harus mengenal potensi yang ada pada diri kita sebagaimana adanya agar dapat berbuat sebagaimana mestinya demi aktualitas secara sempurna. Salah satu tujuan kenabian adalah membimbign manusia untuk mengenal siapa dirinya dan mau kemana serta dimana ia saat ini.
Terdapat Beberapa Pandangan Mengenai Tujuan Hidup dan Manusia Sempurna.

Kesempurnaan yang dimaksud disini adalah kualitas diri yang dikembangkan sedemikian rupa yang menyangkut dengan seluruh potensi dan dengan keseimbangan diantaranya. Saya akan membahasnya pada kesempatan lain. TQ, smga bermanfaat.


 

1 komentar: